Jumat, 21 Juni 2013

Sistem Informasi Manajemen



BAB II
PEMBAHASAN
SISTEM INFORMASI MANAJEMEN FUNGSIONAL

A.      Pengertian Sistem Informasi Manajemen Pendidikan
1.    Sistem
Sistem adalah kumpulan elemen yang saling berhubungan satu saa lain yang membentuk satu kesatuan dala usaha mencapai suatu tujuan (Budi Sutedjo, 2002).
2.    Informasi
Informasi yaitu data yang telah diproses kedalam suatu bentuk yang mempunyai arti bagi penerima dan memiliki nilai nyata yang dibutuhkan untuk proses pengambilan keputusan saat ini maupun saat mendatang (Gordon B. Davis, 1995).
3.    Manajemen
Secara luas orang sudah banyak mengenal tentang istilah manajemen, hakikat manajemen secara relative, yaitu bagaimana sebuah aktivitas bisa berjalan lebih teratur berdasarkan prosedur dan proses.
4.    Pendidikan
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (1989), pendidikan adalah proses mengubah sikap dan tat laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (proses, perbuatan, dan cara mendidik).
Dengan demikian SIM pendidikan erupakan perpaduan antara sumber daya manusia dan aplikasi teknologi informasi untuk memilih, menyimpan, mengolah, dan mengambil kembali data dalam rangka mendukung proses pengamilan keputusan bidang pendidikan.

B.       Sistem Informasi Manajemen Fungsional
Dalam pembahasan ini akan diuraikan peran sistem informasi dari fungsi-fungsi manajemen pendidikan yang mencakup sistem informai manajemen keuangan, sistem informasi manejemen sumber daya manusia, sistem informasi manajemen operasi, dan sistem informasi manajemen pemasaran. Mengingat pendidikan termasuk jasa (service) maka pembahasan lebih berorientasi kemanajemen jasa. Oleh karena itu, pembahasan fungsional manajemen yang diuraikan akan menekankan bagaimana sebuah jasa pendidikan dapat disajikan, disampaikan, dan digunakan oleh pemakainya (pelanggan/konsumen).
Keputusan yang akan diambil sebagai pemecahan masalah yang dihadapi lembaga pendidikan akan didasarkan atas sistem informasi fungsional manajemen pendidikan. Pembahasan dalam bagian ini didasarkan atas pokok pemikiran dari Rymond (2001:322). Bahwa setiap organisasi/lembaga termasuk lembaga pendiidkan untuk mempertahankan eksistensinya harus berpegang pada keputusan yang diambil berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang matang, keputusan yang dianggap layak untuk dilaksanakan adalah keputusan yang didasarkan atas sistem informasi yang akurat.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa integrasi dari setiap fungsional manajemen pendidikan akan menghasilkan sistem informsai manajemen pendidikan yang akurat sebagai subsistem pendukung keputusan bidang pendidikan.
1.    Sistem Informasi Manajemen keuangan dalam pendidikan.
Aplikasi sistem informasi manajemen keuangan digunakan untuk membantu proses pengolahan data keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan berdasarkan sistem pencatat yang disebut akuntansi. Akutansi menyajikan laporan keuangan yang dibutuhkan oleh manajer keuangan dalam bentuk neraca, laporan rugi laba, serta laporan perubahan modal. Oleh karena itu, sistem informasi manajemen keuangan kerap disebut dengan sistem informasi akuntansi (SIA). Akuntansi merupakan proses pencatatan, penggolongan, ringkasan peristiwa dan kejadian yang bersifat keuangan yang menyajikan seluruh laporan keuangan sebuah organisasi termasuk lembaga pendidikan dan berperan untuk mengetahui gambaran posisi keuangan atau pembiayaan pada organisasi pendidikan tersebut.
2.    Sistem Informasi Manajemen Operasi dalam Pendidikan
Menurut lovelock (2003:31) pendidikan (education) merupakan jenis jasa yang menciptakan oleh penyedia jasa untuk disampaikan secara langsung pada pola pikir seseorang. Oleh karena itu, operasi jasa pendidikan lebih menekankan pada bagaimana meyajikan jasa pendidikan agar dapat diterima dengan mudah oleh konsumen atau pengguna jasa pendidikan (sisiwa/mahasiswa).
3.    Sistem Informasi Manajemen Pemasaran Jasa Pendidikan
Sistem informasi pemasaran bermanfaat untuk mengatur arus informasi pemasaran jasampendidikan karena tingkat persaingan jasa pendidikan saat ini sangat ketat seperti halnya persaingan didunia bisnis. Terjadinya persaingan yang sangat ketat antar jasa pendidikan merupakan dampak dari banyaknnya jasa pendidikan yang ditawarkan oleh penyedia jasa.
4.    Sistem Informasi Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Pendidikan
Sangat tergantung kepada kualitas informasi yang digunakan untuk menyusun berbagai program tersebut. Kemampuan lembaga pendidikan dalam memperoleh, menyimpan, memelihara, dan menggunakan  informasi sumber daya manusia. Lembaga pendidikan tersebut mengembangkan sistem informasi sumber daya manusia dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas serta mendukung program sumber daya manusia.
Sistem informasi manajemen pendidikan diharapkan juga akan memenuhi kebutuhan informasi tentang berakhirnya masa kerja (pensiun) seorang pendidikan dan tenaga kependidikan. Jika keadaan ini didukung dengan data yang akurat, selama melaksanakan tugasnya seorang pendidik akan benar-benar mempersiapkan masa pensiun dengan kesiapan mental. Karena jika seseorang berhenti dari aktivitas rutin, ia akan mengalami apa yang disebut dengan post power syndrome yang mengakibatkan ia mudah stress, bahkan mentalnya terguncang. Oleh karena itu, SIM pendidikan diharapkan dapat memberikan informasi kepada setiap pendidikan dan tenaga kependidikan (pejabat fungsional maupun struktural) untuk menyediakan data kepegawaian bidang pendidikan secara tepat dan akurat.
Sistem informasi fungsional adalah sistem informasi yang ditujukan untuk memberikan informasi bagi kelompok orang yang berada pada bagian tertentu dalam perusahaan.
Area fungsional dalam perusahaan
Area Fungsional
Tugas
Penjualan dan pemasaran
Menangani penjualan dan pemasaran produk/jasa yang dihasilkan perusahaan
Manufaktur (produksi)
Mengahasilkan produk
Keuangan
Mengelola aset-aset keuangan perusahaan
Akuntansi
Memelihara rekaman-rekaman transaksi keuangan dalam perusahaan.

Beberapa sistem informasi fungsional yang umum adalah sebagai berikut:
1.    sistem informasi akuntansi
2.    sistem informasi keuangan
3.    sistem informasi manufaktur
4.    sistem informasi pemasaran
5.    sistem informasi SDM
Perlu diketahui bahwa sistem-sistem informasi fungsional tidak berdiri sendiri secara fisik. Sistem-sistem informasi ini berbagai sumber daya dalam organisasi. Dalam sistem informasi perusahaan, sistem-sistem informasi fungsional ini berkedudukan sebagai subsistem-subsistem.
Berbagai sistem informasi menurut area fungsional
Sistem Informasi
Keterangan
Sistem informasi akuntansi
Sistem informasi yang menyediakan informasi yang dipakai oleh fungsi akuntansi (departemen/bagian akuntansi)
Sistem informasi keuangan
Sistem informasi yang menyediakan informasi pada fungsi keuangan (departemen/bagian keuangan)
Sistem informasi manufaktur
Sistem informasi yang bekerja sama dengan sistem informasi lain untuk mendukung manajemen perusahaan (baik dalam hal perencanaan maupun pengendalian) dalammenyelesaikan masalah yang berhubungan dengan produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan.
Sistem informasi pemasaran
Sistem informasi yang menyediakan informasi yang dipakai oleh fungsi pemasaran
Sistem informasi SDM
Sistem informasi yang menyediakan informasi yang dipakai oleh fungsi personalia.
1.    Sistem informasi akuntansi
Sistem informasi akuntansi merupakan sistem informasi yang paling kuat dan paling banyak digunakan dalam bisnis. Bodnar dan Hopwood (1993) mendefinisikan sistem informasi akuntansi sebagai kumpulan sumber daya yang dirancang untuk mentransformasikan data keuangan menjadi informasi. Menurut Gelinas, Orams, dan Wiggins (1997) mendefinisikan sebagai subsistem khusus dari sistem informasi manajemen yang tujuannya adalah menghimpun, memproses, dan melaporkan informasi yang berkaitan dengan transaksi keuangan.
Beberapa subsistem yang terdapat pada sistem informasi akuntansi:
a.    Pemrosesan pesaan penjualan atau pengplahan penjualan (sales order proscessing) adalah subsistem yang menangani pemprosesan pesanan dari pelanggan.
b.    Pemrosesan sediaan (inventori processing) adalah subsistem yang menangani perubahan dalam sediaan dan memberikan informasi pengiriman dan pemsanan kembali.
c.    Buku besar (general ledger) adalah subsistem yang mengkonsolidasikan data dari sistem akuntansi yang lain dan menghasilkan pernyataan-pernyataan dan laporan bisnis yang bersifat periodic.
d.   Piutang dagang (accounts receivable) adalah subsistem yang mencatat pelanggan dan menghasilkan faktur, pernyataan pelanggan bulanan serta laporan manajemen kredit.
e.    Hutang dagang (accounts payable) adalah subsistem yang mencatat pembelian dan pembayaran hutang kepada pemasok, dan menghasilkan laporan manajemen kas.
f.     Pembayaran gaji (payroll) adalah subsistem yang menangani penggajian, termasuk jan kerja dan bukti pembayaran, serta menghasilkan laporan yang terkait dengan penggajian.
2.    Sistem informasi keuangan
Sistem informasi keuangan digunakan untuk mendukung manajer keuangan dalam pengambila keputuan yang menyangkut persoalan keuangan perusahaan dan pengalokasian serta pengendalian sumber daya keuangan dalam perusahaan.

Model sistem informasi keuangan:
a.    Subsistem intelijen keuangan berfungsi untuk mengidentifikasi sumber-sumber keuangan eksternal (para pemegang saham dan msayarakat keuangan) yang dapat menyutikkan tambahan dana bagi perusahaan.
b.    Subsistem audit internal berfungsi sebagai subsistem yang menangani hasil-hasil audit secara internal.
c.    Subsistem pemprosesan transaksi berupa sistem informasi akuntansi yang menghasilkan data-data keuangan.
d.   Subsistem peramalan dan perencanaan keuangan merupakan subsistem yang berfungsi untuk melakukan evaluasi terhadap kinerja keuangan saat ini dan terproyeksi dalam bisnis.
e.    Subsistem manajemen dana berguna untuk membantu pengelolaan asset seperti kas dan saham dengan manfaat yang tinggi tetapi dengan resiko yang kecil.
f.     Subsistem pengendalian keuangan merupakan subsistem yang terkait dengan penganggaran.

3.    Sistem Informasi Manufaktur
Sistem informasi manufaktur merupakan sistem yang digunakan untuk mendukung fungsi produksi, yang mencakup seluruh kegiatan yang terkait dengan perencanaan dan pengendalian proses untuk memproduksi batrang atau jasa.
4.    Sistem Informasi Pemasaran.
Sistem informasi pemasaran adalah sistem informasi yang menyediakan informasi yang dipakai oleh fungsi pemasaran. Sistem ini mendukung keputusan yang berkaitan dengan bauran pemasaran, yang mencakup:
a.     Produk (barang dan jasa) yang perlu ditawarkan
b.    Tempat yang menjadi sasaran pemasaran
c.     Promosi yang perlu dilakukan
d.    Harga produk

5.    Sistem Informasi SDM
Sistem informasi SDM biasa disebut HRIS. Selain HRIS, sering juga dipakai istilah HRMIS (human resource management information system) dan HRMS (human resource management).

Model sistem informasi SDM sebagai berikut:
a.    Subsitem penggajian merupakan subsistem yang berkaitan dengan pembayaran gaji, upah, dan tunjangan.
b.    Subsistem riset SDM menangani peneliian mengenai suksesi, analisis dan evaluasi jabatan, serta penelitian tentang keluhan yang disampaikan oleh pewgawai.
c.    Subsistem intelegen SDM adalah subsistem yang menggunakan informasi eksternal yang berhuungan dengan mitra kerja yang mencakup pemerintah, pemasok, serikat buruh, masyarakat umum, lembaga keuangan, dan bahkan pesaing.
d.   Subsistem perencanaan SDM menangani identifikasi SDM dalam perusahaan yang digunakan untuk melaksanakan sasaran jangka panjang perusahaan.
e.    Subsistem perekrutan menagani aktifitas yang berhubungan dengan penyeleksian calon pegawai.
f.     Subsistem manajemen tenaga kerja merupakan subsistem yang antara lain berhubungan dengan pengembangan DM dalam hal keterampilan dan pengetahuan, melalui pelatihan-pelatihan dan pendidikan.
g.    Subsistem pelaporan lingkungan adalah subsistem yang digunakan untuk menghasilkan laporan yang dialamatkan untuk lingkungan peruahaan, terutama ditujukan kepada pemerintah dan serikat buruh.
 

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
 Sistem informasi manajemen atau management information system adalah sistem informasi yang digunakan untuk menyajikan informasi yang digunakan untuk mendukung operasi, manajemen, dan pengeambilan keputusan dalam sebuah organisasi. Biasanya SIM menghasilkan informasi untuk memantau kinerja, memelihara koordinasi, dan menyediakan informasi untuk operasi organisasi. Umumnya SIM mengambil data dari sistem pemrosesan transaksi.




DAFTAR PUSTAKA
Rochaety, Eti, Sistem Informasi Manajemen Pendidikan, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005.
Kadir, Abdul, Pengenalan Sistem Informasi, Yogyakarta: Andi Offset, 2003.
Kenneth C. Laudon, Sistem Informasi Manajemen, Jakarta: Salemba Empat, 2008

Selasa, 11 Juni 2013

Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan



BAB II
PEMBAHASAN
IMPLEMENTASI DAN HAMBATAN MANAJEMEN MUTU TERPADU PENDIDIKAN

A.      Pengimplementasikan TQM
Institusi yang efektif membutuhkan strategi-strategi yang bertujuan dan kuat agar mampu meraih hasil yang kompetitif. agar efektif, institusi memerlukan proses untuk mengembangkan strategi mutunya, yang mencakup:
1.       Misi yang jelas dan distingtif.
2.       Fokus pelanggan yang jelas.
3.       Strategi untuk mencapai misi.
4.       Keterlibatan seluruh pelanggan, baik internal maupum eksternal, dalam mengembangkan strategi.
5.       Pemberdayaan stap dengan cara menghilangkan kendala dan membantu mereka dalam memberi kontribusi maksimum pada institusi melalui pengembangan kelompok kerja yang efektif.
6.       Penilaian dan evaluasi efektifitas institusi dalam mencapai tujuan yang berhubungan dengan pelanggan.
Walaupun demikian, ada beberapa langkah-langkah penting dan sederhana yang dapat diikuti yaitu:
1.      Kepemimpinan dan komitmen terhadap mutu harus datang dari atas.
2.      Mengembirakan pelanggan adalah tujuan TQM.
3.      Menunjuk fasilitator mutu.
4.      Membentuk kelompok pengendali mutu.
5.      Menunjuk koordinator mutu.
6.      Mengadakan seminar manajemen senior untuk mengevaluasi program.
7.      Menganalisa dan mendiagnosa situasi yang ada.
8.      Menggunakan contoh-contoh yang sudah barkembang ditempat lain.
9.      Mempekerjakan konsultan eksternal.
10.  Memprakarsai pelatihan mutu bagi para staf.
11.  Mengkomunikasikan pesan mutu.
12.  Mengukur biaya mutu.
13.  Mengaplikasikan alat dan teknik mutu melalui pengembangan. kelompok kerja yang efektif.
14.  Mengevaluasi program dalam interval yang teratur.   
Untuk mewujudkan total quality dalam lembaga pendidikan, implementasi pilar TQM dalam pengembangan kurikulum perlu menjadi pertimbangan dan perhatian serius. Pilar-pilar TQM tersebut adalah:
a.      Fokus Pada Pelanggan
Misi utama MMTP adalah memenuhi kepuasan pelanggan. Mutu harus sesuai dengan persyaratan yang diinginkan pelanggan. Mutu adalah keinginan pelanggan bukan keinginan sekolah. Tanpa mutu yang sesuai dengan keingginan pelanggan, sekolah akan kehilanggan pelanggan dan sekolah yang kehilanggan pelanggan akan tutup dan bubar.
Memuaskan harapan pelanggan berarti mengantisipasi kebutuhan pelanggan pada masa datang. Sekolah perlu mengembangkan fokus kualitas, setiap orang dalam sistem sekolah mesti mengakui bahwa setiap output lembaga pendidikan adalah kostumer (Arcaro, 1995:11).
b.      Keterlibatan Total
Prinsip TQM dalam pengembangan kurikulum adalah setiap orang harus terlibat dalam transformasi kualitas. Manajemen mesti memiliki komitmen untuk menfokuskan pada kualitas, harus mendorong staf dan peserta didik untuk mengubah cara kerja lama kepada cara kerja baru. Perubahan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) kepada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah bentuk mengubah cara kerja baru, dimaksudkan agar semua komponen dalam lembaga pendidikan ikut terlibat secara aktif dalam operasionalisasi lembaga pendidikan, pemberdayaan warga sekolah (pimpinan, tenaga administrasi, tenaga pendidik dan peserta didik) (Hasibuan, 2004:136). Dengan demikian mereka dapat mengetahui informasi kesenjangan atau kebutuhan yang menyangkut tentang diri mereka. Berdasarkan kondisi tersebut, semua komponen dapat berperan dalam mengusulkan rencana-rencana kegiatan yang seharusnya dilaksanakan.
Keterlibatan total dalam konteks pengembangan kurikulum berarti inisiatif pengembangan datangnya bisa dari bawah seperti guru, orang tua peserta didik atau masyarakat sekitar (stakeholders), dan semua pihak itu memberikan secara penuh kemampuan yang dimiliki dan pelayanan yang optimal untuk mewujudkan kualitas yang diharapkan bahkan melebihi permintaan pelanggan (kostumer) baik internal maupun eksternal (Arcaro, 1995:78). Pihak atasan (pimpinan) selalu memberikan bimbingan dan dorongan. Untuk memantapkan konsep pengembangan yang dirintisnya dan dapat dilakukan lokakarya atau rapat terpadu guna mencari input yang diperlukan. Konsep TQM menghendaki agar kurikulum dikembangkan dengan melibatkan semua unsur yang terkait dengan suatu lembaga pendidikan baik secara internal kelembagaan maupun secara eksternal (stakeholders).
c.       Pengukuran
Dalam pengembangan TQM, pengukuran merupakan salah satu langkah yang penting dalam proses manajemen. Secara tradisional ukuran kualitas atas luaran lembaga pendidikan Islam adalah prestasi peserta didik. Ukuran dasarnya adalah hasil ujian baik Ujian Sekolah (US) maupun Ujian Nasional (UN). Jika hasil ujian bertambah baik, maka kualitas pendidikan dikatakan juga membaik. Para pengelola lembaga pendidikan Islam harus belajar untuk mengukur kualitas, mulai dari proses pengumpulan data dan analisa data diperlukan sehingga dapat mengukur dan menunjukan nilai tambah dan perubahan kualitas yang dicapai (Arcaro, 1995:13).
Jika kualitas dapat dikelola, maka kualitas juga harus dapat diukur (measurable). Kualitas juga merupakan keunggulan (excellence) atau hasil yang terbaik (the best). Untuk mengejar kualitas, kesalahan harus dieliminir untuk mencapai keunggulan kompetitif lulusan suatu lembaga pendidikan, dan keunggulan komparatifnya dengan yang lain sesuai dinamika pasar tenaga kerja.
d.      Komitmen
Implementasi manajemen kualitas dalam lembaga pendidikan diperlukan komitmen terhadap kualitas dan perbaikan kualitas. Total kualitas pendidikan adalah suatu perubahan budaya organisasi sebagai cara baru bagi kehidupan setiap orang. Sebelum seseorang akan melakukan perubahan, mereka harus percaya bahwa pimpinan tertinggi suatu lembaga pendidikan berkewajiban untuk mencapai budaya kualitas. Hal ini menuntut dewan sekolah dan administrator untuk menggunakan dan mengaplikasikan elemen-elemen dan prinsip TQM pendidikan (Arcaro,1995:13).
Untuk memberikan komitmen pada kualitas, ada beberapa langkah yang perlu diperhatikan dalam menerapkan TQM yaitu:
a.       Mempelajari dan memahami TQM secara menyeluruh;
b.      Memahami dan mengadopsi jiwa dan filosofi untuk perbaikan terus menerus;
c.       Menilai jaminan kualitas saat ini dan program pengendalian kualitas;
d.      Membangun sistem total kualitas;
e.       Mempersiapkan orang-orang untuk perubahan, menilai budaya kualitas sebagai tujuan untuk mempersiapkan perbaikan, melatih orang-orang untuk bekerja pada suatu kelompok kerja;
f.       Mempelajari teknik untuk mengatasi akar persoalan (penyebab) dan mengaplikasikan tindakan korektif dengan menggunakan teknik-teknik alat TQM;
g.      Menetapkan prosedur tindakan perbaikan dan menyadari akan keberhasilannya;
h.      Menciptakan komitmen dan strategi yang benar tentang total kualitas oleh pemimpin yang akan menggunakannya;
i.        Memelihara jiwa total kualitas dalam penyelidikan dan aplikasi pengetahuan yang amat luas (Field, 1993:13).
Aplikasi konsep TQM dalam prosedur pengembangan kurikulum berarti memaknai bahwa setiap langkah-langkahnya selalu diorientasikan pada kebutuhan pelanggan dengan mengedepankan aspek kualitas pada semua input dan prosesnya. Komitmen kualitas dibangun mulai dari level pimpinan tertinggi sampai pada level terbawah.
e.       Perbaikan Berkelanjutan
Konsep dasar kualitas adalah segala sesuatu dapat diperbaiki. Kualitas didasarkan pada konsep bahwa setiap proses dapat diperbaiki dan tidak ada proses yang sempurna. Menurut filosofi manajemen baru, bila tidak rusak, perbaikilah, karena jika anda tidak melakukannya orang lain pasti melakukannya. Inilah konsep perbaikan terus menerus. Perbaikan berkelanjutan berarti sesuatu yang belum pernah dilakukan, suatu tindakan pengejaran atas kualitas, prosesnya harus secara terus menerus diperbaiki dengan diubah, ditambah, dikembangkan dan dimurnikan (Saifuddin, 2002:37).
Lembaga-lembaga pendidikan tidak cukup hanya menawarkan program studi atau sejumlah jurusan dengan kurikulum tertentu, kemudian orang tua dan pelajar menjadi puas. Akan tetapi lembaga pendidikan harus menyediakan alat dan sumber belajar dan mengajar yang relevan dengan perkembangan zaman untuk mendukung kemajuan proses pembelajaran. Gedung sekolah dan sarana prasarana pembelajaran, pelayanan yang prima terhadap peserta didik, guru, orang tua dan masyarakat, serta lingkungan pendidikan yang kondusif. Kesemuanya ini akan memberikan kontribusi positif bagi kualitas proses dan kualitas produk (lulusan) lembaga pendidikan.
B.       Hambatan Penerapan MMTP
Tjiptono & Diana (1995) memberikan masalah-masalah yang menyebabkan MMTP tidak dapat diterapkan, yaitu karena usaha-usaha dilakukan setengah hati dan kesalahan lainnya, meliputi:
1.    Delegasi dan kepemimpinan yang tidak baik dari manajemen senior.
2.    Tim mania.
3.    Proses penyebarluasan.
4.    Pendekatan yang terbatas (sempit) dan dogmatis.
5.    Harapan yang terlalu berlebihan (tidak realitas), dan pemberdayaan karyawan yang bersifat premature.
Pendapat ini senada seperti yang diungkapkan Salazaar (1994) yang menyatakan bahwa kegagalan MMTP antara lain disebabkan:
1.    Pihak manajemen ingin seketika sukses dengan MMTP
2.    Hanya dengan belajar dan berlatih singkat dianggap pasti akan berhasil menerapkan MMTP
Banyak hambatan dalam TQM misalnya mereka cemas dengan ketidakpastian menerapkan sesuatu yang masih baru. guru dan staf tidak berbuat yang terbaik karena mereka tidak dilibatkan dan pendapat-pendapatnya tidak didengarkan.     


BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan

Mutu pendidikan memang hal yang sangat krusial dalam pembangunan sebuah negara disamping kesehatan dan ekonomi masyarakatnya. Karena dengan pendidikan dapat menciptakan sumber daya – sumber daya yang dapat diandalkan dalam pembangunan. Untuk memajukan pendidikan peranan sekolah haruslah memenuhi standar mutu yang diharapkan bagi masyarakat. Maka tidak heran saat ini terdapat berbagai macam pilihan sekolah seperti sekolah standar nasional,reguler,standar internasional dan lainnya.  Masyarakat dapat memilih pendidikan mana yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.
Peningkatan mutu pendidikan secara khusus berorientasi pada peningkatan kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya akan dipengaruhi oleh input, proses dan output pendidikan. Sehingga perlu adanya kesinergian antara ketiga hal tersebut. Mutu Pendidikan akan dapat baik jika baik organisasi pendidikan maupun pemerintah telah mampu menerapkan manajemen yang tepat dalam pelaksanaannya. Sehingga tidak ada kelemahan baik itu dalam hal kurikulum, sarana prasarana, proses pembelajaran, dan kualitas sumber daya manusianya. Mutu Pendidikan dalam pelaksanaannya perlu mendapat pengawasan yang intensif dari para penyelenggara pendidikan.


DAFTAR PUSTAKA

Usman, Husaini, Manajemen Teori, Praktik, Dan Riset Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2011.
Sallis, Edward, Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan, Yogyakarta: Ircisod, 2010.
Http://tqm/MANAJEMEN%20MUTU%20TERPADU.htm
http://Konsep%20total%20quality%20management%20dalam%20pengembangan%20kurikulum%20pendidikan%20islam.htm