Selasa, 11 Juni 2013

Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan



BAB II
PEMBAHASAN
IMPLEMENTASI DAN HAMBATAN MANAJEMEN MUTU TERPADU PENDIDIKAN

A.      Pengimplementasikan TQM
Institusi yang efektif membutuhkan strategi-strategi yang bertujuan dan kuat agar mampu meraih hasil yang kompetitif. agar efektif, institusi memerlukan proses untuk mengembangkan strategi mutunya, yang mencakup:
1.       Misi yang jelas dan distingtif.
2.       Fokus pelanggan yang jelas.
3.       Strategi untuk mencapai misi.
4.       Keterlibatan seluruh pelanggan, baik internal maupum eksternal, dalam mengembangkan strategi.
5.       Pemberdayaan stap dengan cara menghilangkan kendala dan membantu mereka dalam memberi kontribusi maksimum pada institusi melalui pengembangan kelompok kerja yang efektif.
6.       Penilaian dan evaluasi efektifitas institusi dalam mencapai tujuan yang berhubungan dengan pelanggan.
Walaupun demikian, ada beberapa langkah-langkah penting dan sederhana yang dapat diikuti yaitu:
1.      Kepemimpinan dan komitmen terhadap mutu harus datang dari atas.
2.      Mengembirakan pelanggan adalah tujuan TQM.
3.      Menunjuk fasilitator mutu.
4.      Membentuk kelompok pengendali mutu.
5.      Menunjuk koordinator mutu.
6.      Mengadakan seminar manajemen senior untuk mengevaluasi program.
7.      Menganalisa dan mendiagnosa situasi yang ada.
8.      Menggunakan contoh-contoh yang sudah barkembang ditempat lain.
9.      Mempekerjakan konsultan eksternal.
10.  Memprakarsai pelatihan mutu bagi para staf.
11.  Mengkomunikasikan pesan mutu.
12.  Mengukur biaya mutu.
13.  Mengaplikasikan alat dan teknik mutu melalui pengembangan. kelompok kerja yang efektif.
14.  Mengevaluasi program dalam interval yang teratur.   
Untuk mewujudkan total quality dalam lembaga pendidikan, implementasi pilar TQM dalam pengembangan kurikulum perlu menjadi pertimbangan dan perhatian serius. Pilar-pilar TQM tersebut adalah:
a.      Fokus Pada Pelanggan
Misi utama MMTP adalah memenuhi kepuasan pelanggan. Mutu harus sesuai dengan persyaratan yang diinginkan pelanggan. Mutu adalah keinginan pelanggan bukan keinginan sekolah. Tanpa mutu yang sesuai dengan keingginan pelanggan, sekolah akan kehilanggan pelanggan dan sekolah yang kehilanggan pelanggan akan tutup dan bubar.
Memuaskan harapan pelanggan berarti mengantisipasi kebutuhan pelanggan pada masa datang. Sekolah perlu mengembangkan fokus kualitas, setiap orang dalam sistem sekolah mesti mengakui bahwa setiap output lembaga pendidikan adalah kostumer (Arcaro, 1995:11).
b.      Keterlibatan Total
Prinsip TQM dalam pengembangan kurikulum adalah setiap orang harus terlibat dalam transformasi kualitas. Manajemen mesti memiliki komitmen untuk menfokuskan pada kualitas, harus mendorong staf dan peserta didik untuk mengubah cara kerja lama kepada cara kerja baru. Perubahan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) kepada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah bentuk mengubah cara kerja baru, dimaksudkan agar semua komponen dalam lembaga pendidikan ikut terlibat secara aktif dalam operasionalisasi lembaga pendidikan, pemberdayaan warga sekolah (pimpinan, tenaga administrasi, tenaga pendidik dan peserta didik) (Hasibuan, 2004:136). Dengan demikian mereka dapat mengetahui informasi kesenjangan atau kebutuhan yang menyangkut tentang diri mereka. Berdasarkan kondisi tersebut, semua komponen dapat berperan dalam mengusulkan rencana-rencana kegiatan yang seharusnya dilaksanakan.
Keterlibatan total dalam konteks pengembangan kurikulum berarti inisiatif pengembangan datangnya bisa dari bawah seperti guru, orang tua peserta didik atau masyarakat sekitar (stakeholders), dan semua pihak itu memberikan secara penuh kemampuan yang dimiliki dan pelayanan yang optimal untuk mewujudkan kualitas yang diharapkan bahkan melebihi permintaan pelanggan (kostumer) baik internal maupun eksternal (Arcaro, 1995:78). Pihak atasan (pimpinan) selalu memberikan bimbingan dan dorongan. Untuk memantapkan konsep pengembangan yang dirintisnya dan dapat dilakukan lokakarya atau rapat terpadu guna mencari input yang diperlukan. Konsep TQM menghendaki agar kurikulum dikembangkan dengan melibatkan semua unsur yang terkait dengan suatu lembaga pendidikan baik secara internal kelembagaan maupun secara eksternal (stakeholders).
c.       Pengukuran
Dalam pengembangan TQM, pengukuran merupakan salah satu langkah yang penting dalam proses manajemen. Secara tradisional ukuran kualitas atas luaran lembaga pendidikan Islam adalah prestasi peserta didik. Ukuran dasarnya adalah hasil ujian baik Ujian Sekolah (US) maupun Ujian Nasional (UN). Jika hasil ujian bertambah baik, maka kualitas pendidikan dikatakan juga membaik. Para pengelola lembaga pendidikan Islam harus belajar untuk mengukur kualitas, mulai dari proses pengumpulan data dan analisa data diperlukan sehingga dapat mengukur dan menunjukan nilai tambah dan perubahan kualitas yang dicapai (Arcaro, 1995:13).
Jika kualitas dapat dikelola, maka kualitas juga harus dapat diukur (measurable). Kualitas juga merupakan keunggulan (excellence) atau hasil yang terbaik (the best). Untuk mengejar kualitas, kesalahan harus dieliminir untuk mencapai keunggulan kompetitif lulusan suatu lembaga pendidikan, dan keunggulan komparatifnya dengan yang lain sesuai dinamika pasar tenaga kerja.
d.      Komitmen
Implementasi manajemen kualitas dalam lembaga pendidikan diperlukan komitmen terhadap kualitas dan perbaikan kualitas. Total kualitas pendidikan adalah suatu perubahan budaya organisasi sebagai cara baru bagi kehidupan setiap orang. Sebelum seseorang akan melakukan perubahan, mereka harus percaya bahwa pimpinan tertinggi suatu lembaga pendidikan berkewajiban untuk mencapai budaya kualitas. Hal ini menuntut dewan sekolah dan administrator untuk menggunakan dan mengaplikasikan elemen-elemen dan prinsip TQM pendidikan (Arcaro,1995:13).
Untuk memberikan komitmen pada kualitas, ada beberapa langkah yang perlu diperhatikan dalam menerapkan TQM yaitu:
a.       Mempelajari dan memahami TQM secara menyeluruh;
b.      Memahami dan mengadopsi jiwa dan filosofi untuk perbaikan terus menerus;
c.       Menilai jaminan kualitas saat ini dan program pengendalian kualitas;
d.      Membangun sistem total kualitas;
e.       Mempersiapkan orang-orang untuk perubahan, menilai budaya kualitas sebagai tujuan untuk mempersiapkan perbaikan, melatih orang-orang untuk bekerja pada suatu kelompok kerja;
f.       Mempelajari teknik untuk mengatasi akar persoalan (penyebab) dan mengaplikasikan tindakan korektif dengan menggunakan teknik-teknik alat TQM;
g.      Menetapkan prosedur tindakan perbaikan dan menyadari akan keberhasilannya;
h.      Menciptakan komitmen dan strategi yang benar tentang total kualitas oleh pemimpin yang akan menggunakannya;
i.        Memelihara jiwa total kualitas dalam penyelidikan dan aplikasi pengetahuan yang amat luas (Field, 1993:13).
Aplikasi konsep TQM dalam prosedur pengembangan kurikulum berarti memaknai bahwa setiap langkah-langkahnya selalu diorientasikan pada kebutuhan pelanggan dengan mengedepankan aspek kualitas pada semua input dan prosesnya. Komitmen kualitas dibangun mulai dari level pimpinan tertinggi sampai pada level terbawah.
e.       Perbaikan Berkelanjutan
Konsep dasar kualitas adalah segala sesuatu dapat diperbaiki. Kualitas didasarkan pada konsep bahwa setiap proses dapat diperbaiki dan tidak ada proses yang sempurna. Menurut filosofi manajemen baru, bila tidak rusak, perbaikilah, karena jika anda tidak melakukannya orang lain pasti melakukannya. Inilah konsep perbaikan terus menerus. Perbaikan berkelanjutan berarti sesuatu yang belum pernah dilakukan, suatu tindakan pengejaran atas kualitas, prosesnya harus secara terus menerus diperbaiki dengan diubah, ditambah, dikembangkan dan dimurnikan (Saifuddin, 2002:37).
Lembaga-lembaga pendidikan tidak cukup hanya menawarkan program studi atau sejumlah jurusan dengan kurikulum tertentu, kemudian orang tua dan pelajar menjadi puas. Akan tetapi lembaga pendidikan harus menyediakan alat dan sumber belajar dan mengajar yang relevan dengan perkembangan zaman untuk mendukung kemajuan proses pembelajaran. Gedung sekolah dan sarana prasarana pembelajaran, pelayanan yang prima terhadap peserta didik, guru, orang tua dan masyarakat, serta lingkungan pendidikan yang kondusif. Kesemuanya ini akan memberikan kontribusi positif bagi kualitas proses dan kualitas produk (lulusan) lembaga pendidikan.
B.       Hambatan Penerapan MMTP
Tjiptono & Diana (1995) memberikan masalah-masalah yang menyebabkan MMTP tidak dapat diterapkan, yaitu karena usaha-usaha dilakukan setengah hati dan kesalahan lainnya, meliputi:
1.    Delegasi dan kepemimpinan yang tidak baik dari manajemen senior.
2.    Tim mania.
3.    Proses penyebarluasan.
4.    Pendekatan yang terbatas (sempit) dan dogmatis.
5.    Harapan yang terlalu berlebihan (tidak realitas), dan pemberdayaan karyawan yang bersifat premature.
Pendapat ini senada seperti yang diungkapkan Salazaar (1994) yang menyatakan bahwa kegagalan MMTP antara lain disebabkan:
1.    Pihak manajemen ingin seketika sukses dengan MMTP
2.    Hanya dengan belajar dan berlatih singkat dianggap pasti akan berhasil menerapkan MMTP
Banyak hambatan dalam TQM misalnya mereka cemas dengan ketidakpastian menerapkan sesuatu yang masih baru. guru dan staf tidak berbuat yang terbaik karena mereka tidak dilibatkan dan pendapat-pendapatnya tidak didengarkan.     


BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan

Mutu pendidikan memang hal yang sangat krusial dalam pembangunan sebuah negara disamping kesehatan dan ekonomi masyarakatnya. Karena dengan pendidikan dapat menciptakan sumber daya – sumber daya yang dapat diandalkan dalam pembangunan. Untuk memajukan pendidikan peranan sekolah haruslah memenuhi standar mutu yang diharapkan bagi masyarakat. Maka tidak heran saat ini terdapat berbagai macam pilihan sekolah seperti sekolah standar nasional,reguler,standar internasional dan lainnya.  Masyarakat dapat memilih pendidikan mana yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.
Peningkatan mutu pendidikan secara khusus berorientasi pada peningkatan kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya akan dipengaruhi oleh input, proses dan output pendidikan. Sehingga perlu adanya kesinergian antara ketiga hal tersebut. Mutu Pendidikan akan dapat baik jika baik organisasi pendidikan maupun pemerintah telah mampu menerapkan manajemen yang tepat dalam pelaksanaannya. Sehingga tidak ada kelemahan baik itu dalam hal kurikulum, sarana prasarana, proses pembelajaran, dan kualitas sumber daya manusianya. Mutu Pendidikan dalam pelaksanaannya perlu mendapat pengawasan yang intensif dari para penyelenggara pendidikan.


DAFTAR PUSTAKA

Usman, Husaini, Manajemen Teori, Praktik, Dan Riset Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2011.
Sallis, Edward, Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan, Yogyakarta: Ircisod, 2010.
Http://tqm/MANAJEMEN%20MUTU%20TERPADU.htm
http://Konsep%20total%20quality%20management%20dalam%20pengembangan%20kurikulum%20pendidikan%20islam.htm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar